ANALISIS
USAHA
“DW
PREKSU (DUWE WARUNG AYAM GEPREK DAN SUSU)”
Disusun
Untuk Memenuhi Tugas Individu Mata Kuliah Kewirausahaan
Dosen
Pengampu: 1. Dr. Drs. Sukirman Spd. SH. MM
Disusun
Oleh:
NAMA
: DEVI APRILIA SUTRISNO
NIM
: 201511317
KELAS : 4D
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2016/2017
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya, sehingga
penulis mampu menyelesaikan Makalah ini dengan baik.
Penulisan makalah
ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kewirausahaan di
Universitas Muria Kudus Jurusan Manajemen.
Dalam memenuhi
persyaratan tersebut penulis mencoba membuat Makalah yang berjudul “Analisis
Usaha DW PREKSU”.
Dalam menyusun
Makalah ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa Makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, sebab pengetahuan dan pengalaman yang di miliki penulis terbatas,
cukup banyak tantangan dan hambatan yang penulis temukan dalam menyusun Makalah
ini.
Akhir kata, semoga
Makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.
Kudus, April 2017
Penulis
ABSTRAK
Pelaku
usaha merupakan individu yang berorientasi kepada tindakan, dan bermotivasi
tinggi mengambil resiko dalam mengejar tujuan. Jiwa tersebut perlu dimiliki dan
dikembangkan jika ingin menjadi pelaku usaha yang baik. Seluruh sifat-sifat
belum tentu dimiliki, semakin banyak dimiliki, semakin besar kemungkinan
menjadi wirausaha yang baik. Keberhasilan pelaku usaha tergantung pada
kesediaan untuk bertanggung jawab atas pekerjaan sendiri.
Wirausaha
menyukai resiko karena ingin berhasil. Semakin bertambah besarnya perusahaan,
maka bertambah banyak persoalan yang akan dihadapi. Pertumbuhan dan
perkembangan perusahaan menghendaki bahwa pelaku usaha tidak takut mengambil
keputusan dan bersedia menerima resiko tertentu.
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL ........................................................................................................... i
KATAPENGANTAR
.............................................................................................. ii
HALAMAN
RINGKASAN................................................................................................. 1
DAFTAR
ISI.............................................................................................................
2
BAB
I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang........................................................................................................... 3
1.2
Rumusan Masalah...................................................................................................... 3
1.3
Tujuan........................................................................................................................ 3
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................... 4
BAB
III ANALISIS USAHA............................................................................................ 24
BAB
IV PENUTUP.............................................................................................................. 25
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengertian
Wirausahawan (entrepreneur) diperoleh
dari berbagai buku maupun kamus, berasal dari bahasa Perancis yaitu entreprende yang berarti mengambil
pekerjaan. Pelaku usaha merupakan individu yang berorientasi kepada tindakan,
dan bermotivasi tinggi mengambil resiko dalam mengejar tujuan. Wirausaha
menyukai risiko realistik karena ingin berhasil mendapatkan kepuasan besar dalam
melaksanakan tugas yang sukar tetapi realistik dengan menerapkan
ketrampilan-ketrampilan yang dimiliki. Semakin bertambah besarnya perusahaan,
maka bertambah banyak persoalan yang akan dihadapi.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah
dalam makalah ini ialah :
1. Apa
pengertian dari wirausahawan ?
2. Apa
pengertian dari jiwa wirausaha ?
3. Apa
pengertian dari risiko usaha ?
1.3 Tujuan
1. Agar
mahasiswa memahami pengertian dari wirausahawan.
2. Agar
mahasiswa memahami pengertian dari jiwa wirausaha.
3. Agar
mahasiswa memahami pengertian dari risiko usaha.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Wirausahawan
A.
Pendahuluan
Pengertian Wirausahawan ( enterpreneur ) diperoleh dari berbagai
buku maupun kamus, Kurotku dan Hodgetts (2001) menyatakan bahwa entrepreneur berasal dari bahasa
Perancis yaitu entrepreneur yang
berarti mengambil pekerjaan ( to
undertake ). Konsep mengenai entrepreneur
adalah sebagai berikut:
The entrepreneur is one who undertake to
organize, manage, and asume the risk of a bussines.
Konsep ini memberikan arti bahwa
usahawan merupakan seseorang yang bertindak membuat organisasi, mengelola, dan
menentukan resiko sebuah bisnis. Berdasarkan konsep tersebut, resiko yang
terjadi dalam sebuah bisnis diambil oleh yang melakukan bisnis.
Zimmerer dan Scarborough ( 2005)
memberikan konsep wirausahawan sebagai berikut: An entrepreneur is one who creates a new bussines in the face of risk
and uncertainty for the purpose of achieving profit and growth by identifiying
significant oppurtunities and assembling the necerssary resource to capitalize
on them.
Konsep tersebut menceritakan bahwa
wirausahawan merupakan sesorang yang menghadapi risiko dimasa yang mendatang
dan bertujuan untuk mendapatkan profit dengan menggunakan seluruh sumber daya
yang dimiliki sehingga mengalami peningkatan terhadap usaha.
Berdasarkan kedua konsep disebutkan
bahwa entrepreneur merupakan tindakan
seseorang yang berani menanggung resiko sebuah bisnis, adanya pertumbuhan
bisnis, hasilnya akan meningkatkan kapitalisasi perusahaan. Entrepreneur mempunyai 4 karateristik
yaitu:
1.
Menjalankan sebuah bisnis yang mempunyai
kemungkinan menghasilkan keuntungan.
2.
Berani menanggung dan menerima risiko
bisnis tersebut di masa-masa mendatang.
3.
Bisnis yang sedang ditekuni akan
mempunyai kesempatan bertumbuh dan,
4.
Perusahaan akan membuat inovasi dan
terjadi kapitalisasi bisnis tersebut.
Berbagai pihak menyatakan bahwa entrepreneur dihubungkan dengan inovasi
karena tindakan bisnis yang dihasilkan bisa unik dan mempunyai inovasi tinggi.
Inovasi tersebut akan mengandung risiko pada hasil atau pada awal memulai
bisnis.
B.
Risiko
dan Karateristik
Landau ( 1982) mengusulkan dari risiko
yang dibawa ( risk bearing ) dengan
karateristik inovasi membuat sebuah dasar klasifiksi entrepreneur. Hubungan tersebut sebagai berikut :
Gambler
|
Entrepreneur
|
Consolidator
|
Dreamer
|
Gambler merupakan entrepreneur juga, tetapi selalu
mempunyai karateristik inovasi yang rendah dan risiko yang besar. Dreamer ( pemimpi ) adalah entrepreneur yang mempunyai inovasi
tinggi, tetapi hanya menerima risiko yang rendah. Consolidator
adalah entrepreneur yang hanya
bisa menerima risiko rendah dan karateristik inovasi rendah. Entrepreneur adalah seorang yang
mempunyai karateristik inovasi tinggi dan risiko yang dihadapi atau dibawahnya
juga tinggi.
Kuratko dan Hodgetts (
2001 ) menyebutkan ada 10 karateristik dari entrepreneur
yaitu :
1.
Entrepreneur
adalah
pelaku bukan pemikir.
2.
Entrepreneur
dilahirkan,
bukan dibuat atau diciptakan.
3.
Entrepreneur
selalu
menjadi penemu / pencipta sesuatu.
4.
Entrepreneur
adalah
akademis dan tidak bisa menyesuaikan dalam masyrakat.
5.
Entrepreneur
harus
memenuhi the profile
6.
Kebutuhan entrepreneur adalah uang.
7.
Kebutuhan entrepreneur adalah keberuntungan
8.
Ketidaktahuan merupakan kebahagian bagi entrepreneur
9.
Entrepreneur
menginginkan
keberhasilan tetapi pengalaman menyatakan tingkat kegagalan cukup tinggi.
10. Entrepreneur adalah
sangat pengambil risiko.
Karateristik ini sangat memberikan pandangan kepada
semua pihak bahwa entrepreneur selalu
membawa resiko dan inovasi. Kao ( 1991 ) menyeutkan ada 11 karateristik entrepreneur yaitu :
1.
Total komitmen, penentu, dan melindungi.
2.
Dorongan untuk mendapatkan dan
bertumbuh.
3.
Orientasi kepada kesempatan dan tujuan.
4.
Mempunyai inisiatif dan tanggung jawab
personal.
5.
Pemecah persoalan secara terus menerus,
6.
Memiliki realisme dan dapat bercengkrama
( humor )
7.
Selalu mencari dan menggunakan umpan
balik ( feedback)
8.
Selalu berfokus pada internal.
9.
Menghitung dan mencari resiko.
10. Kebutuhan
yang kecil untuk status dan kekuasaan.
11. Memiliki
integitas dan reliabilitas.
Sukardi ( 1991 )
menemukan ada 9 karateristik tingkah laku wirausahawan yaitu :
1.
Sifat instrumental
2.
Sifat prestasi
3.
Sifat keluwesan bergaul
4.
Sifat kerja keras
5.
Sifat keyakinan diri
6.
Sifat pengambil resiko
7.
Sifat swakendali
8.
Sifat kemandirian
Berdasarkan karateristik entrepreneur yang dikemukakan oleh
ketiga ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa entrepreneur harus memiliki motivasi kerja keras, mempunyai
jaringan ( network ), inovasi, dan
keinginan bertumbuh, serta pengambil resiko. Kondisi ini menunjukan bahwa para entrepreneur menemui tekanan ( stress ) setiap inovasi yang
dikerjakan. Tekanan tersebut bersumber dari berbagai kejadian, menurut Boyd dan
Gumpert ( 1983 ) bahwa sumber tekanan dapat diidentifikasi dari 4 penyebab
yaitu : kesepian, terbenam dalam bisnis yang dikerjakan, persoalan-persoalan
manusia ( pegawai ), dan kebutuhan akan keberhasilan atau tercapai.
C.
Mengatasi
Tekanan
Mengantisipasi tekanan enterpreneur harus bisa berhasil, supaya
dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Kebiasaan mengatasi tekanan dilakukan
para enterpreneur seperti melakukan meditasi, melemaskan otot dengan olahraga,
mencari hiburan, dan sebagainya. Terdapat lima persoalan yang perlu dikerjakan
agar tekanan teratasi, yaitu:
1.
Menciptakan networking : kesepian yang dihadapi dilakukan dengan menciptakan
hubungan baik dengan berbagai pihak sehingga mampu bercerita permasalahan yang
dihadapi.
2.
Keluar dari persoalan secara total :
pada saat tidak bekerja seperti hari libur atau akhir pekan enterpreneur melepaskan semua pekerjaan
dan tidak menerima laporan sehingga kondisi tubuh dapat menciptakan kesegaran.
3.
Berkomunikasi dengan pekerja : enterpreneur mau membuka pintu dan
berdiskusi dengan karyawan. Hubungan baik dengan karyawan akan membantu enterpreneur dalam menghadapi persoalan.
4.
Menciptakan kepuasan di luar perusahaan
: enterpreneur dapat melakukan
kegiatan diluar perusahaan untuk mendapatkan kepuasan sehingga bisnis yang
dikerjakan tidak menjadi persoalan.
5.
Pendelegasian : enterpreneur harus bisa mendelegasikan pekerjaan kepada karyawan
dan tidak dikerjakan sendiri seluruhnya.
Seluruh uraian tersebut memberikan
penjelasan tentang enterpreneur
termasuk stress yang dihadapi. Inovasi dan resiko serta keinginan berkembang
merupakan karakteristik utama dari enterpreneur.
2.2
Jiwa
Kewirausaha
A.
Pendahuluan
Pelaku
usaha merupakan individu yang berorientasi kepada tindakan, dan bermotivasi
tinggi mengambil risiko dalam mengejar tujuan.
Ciri dan profil wirausaha adalah
sebagai berikut:
Tabel 2.1
Ciri dan Profil Wirausaha
Ciri-ciri
|
Watak
|
Percaya diri.
|
Yakin, tidak tergantung, individualis, optimis
|
Berorientasi pada tugas dan hasil.
|
Butuh prestasi, orientasi laba, tekun dan tabah, kerja keras, dorongan
kuat, energik, dan inisiatif
|
Pengambil risiko.
|
Mampu mengambil resiko. suka tantangan
|
Kepemimpinan.
|
Sebagai pemimpin, mudah bergaul, menanggapi saran dan kritik.
|
Keorisinilan
|
Inovatif dan kreatif, fleksibel, banyak sumber, serba bisa, tahu banyak.
|
Berotientasi ke masa depan.
|
Pandangan kedepan, perseptif.
|
Jiwa
tersebut harus dimiliki dan dikembangkan jika ingin menjadi pelaku usaha yang
baik. Seluruh sifat-sifat belum tentu dimilik, semakin banyak yang dimiliki,
semakin besar kemungkinan menjadi wirausaha yang baik. Kebanyakan ciri jiwa
wirausaha antara yang satu dengan lainnya berhubungan. Contoh, individu
mempunyai keyakinan untuk menerima tanggung jawab atas perbuatan-perbuatan,
bersedia mengambil resiko dan menjadi pemimpin. Terdapat wirausaha yang tidak
memenuhi kesembilan belas sifat jiwa wirausaha atau satu dari yang lain, ada
yang sombong, terlalu ideal, bersifat hangat dan bershabat, serta ada yang
menarik diri dan pemalu.Pengukuran berdasarkan sifat pribadi dan keterampilan,
maka sebagai kelompok pelaku usaha, para wirausaha sengat berbeda dari bukan
wirausaha.
B. Ideologi Wirausaha
Keberhasilan
pelaku usaha tergantung pada kesediaan untuk bertanggung jawab atas pekerjaan
sendiri, belajar tentang diri sendiri untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan
keinginan dalam menjalani hidup. Kekuatan datang dari tindakan diri sendiri dan
buka dari diri oranglain. Resiko kegagaln selalu ada, pelaku usaha mengambil
resiko dengan jalan menerima tanggung jawab atas tindakan sendiri. Kegagalan
harus diterima sebagai pengalaman. Wirausaha berhasil setelah mengalami
kegagalan, berdasarkan dari pengalaman masa lampau membantu menyalurkan
kegiatan-kegiatan untuk mencapai hasil-hasil yang lebih positif, dan
keberhasilan merupakan buah dari usaha yang tidak mengenal kata lelah.
Capaian tujuan yang
berhubungan dengan kemampuan dan keterampilan. Terima diri sendiri, tekankan
kekuatan-kekuatan serta kurangi kelemhan, jujur dan agresif dalam mengejar
tujuan, dipastikan mencapai hasil yang positif. Berorientasi pada tujuan
mendorong munculnya sifat muda yang paling baik. lakukan hal yang penting dan
mampu untuk dikerjakan.
Mencapai kesempurnaan
merupakan sesuatu yang ideal dalam mengejar tujuan, tetapi bukan merupakan
sasaran yang realistik bagi wirausaha pada umumnya. Hasil yang diterima lebih
penting dari hasil yang sempurna. Berusaha mencapai suatu hasil secara sempuna
untuk satu tujuan dalam jangka waktu yang terlalu lama hanya akan menghambat
perkembangan dan pertumbuhan pribadi.
C. Jati diri Wirausaha
Manusia
adalah individu yang unik, mempunyai pengalaman masa lampau yang berbeda-beda,
hidup dalam situasi berlainan, mempunyai ikatan dan tanggung jawab berlainan,
dan mempunyai tujuan hidup yang berlainan. Pengalaman seseorang pelaku usaha
cukup luas dan beragam serta dapat menentukan situasi kehidupan yang sekarang.
Wirausaha saling meniru antara satu dengan yang lain, yang tua dan identifikasi
mendekati model peranan akan menghasilkan sikap dan keterampilan lebih mumpuni.
Pekerjaan,
kondisi keluarga, keuangan serta faktor-faktor lain menentukan sikap dalam
melakukan usaha. Pelaku bisnis mempunyai berbagai kewajiban dan ikatan terhadap
diri sendiri dan orang lain termasuk istri, keluarga, atasan atau karyawan,
apabila ikatan dan kewajiban di luar pekerjaan terlalu banyak, akan mengalami
kesulitan berkelakuan sebagai wirausaha. Merencanakan masa depan bersifat
realistik dalam menentukan diri sendiri yang dapat dan tidak dapat diubah.
Pengalaman masalalu membantu memahami lebih baik situasi yang ada sekarang.
Wirausaha mempunyai
tujuan dan harapan tertentu, semakin jelas tujuan semakin besar kemungkinan
tercapai, dan sadar akan cara-cara baru untuk meningkatkan produktivitas diri
sendiri. Kunci utama bagi keberhasilan adalah keterlibatan dalam pertumbuhan
pribadi secara terus menerus.
D. Bisnis Ditempat Kerja
Melakukan
bisnis adalah suatu gaya hidup dan prinsip tertentu untuk mempengaruhi strategi
karier. Berlakulah fleksibel, imaginatif, mampu merencanakan, mengambil resiko,
mengambil keputusan dan tindakan untuk mencapai tujuan. Bersedia bekerja dalam
keadan konflik, perubahan, dan keragu-raguan. Berartibahwa pelaku bisnis perlu
menganalisis diri sendiri dalam hubungan dengan lingkungan tempat bekerja.
Pelaku
bisnis menyusun prioritas dalam sasaran-sasaran karier, dan hasil yang di
inginkan diharapkan berkaitan dengan tujuan yang dapat diukur dan berarti.
Sasaran ini bersifat menantang, memberi motivasi kepada pelaku usaha untuk
berlajar dan berkembang dalam karier. Pelaku usahan akan belajar paling baik,
jika melakukan hal-hal yang menarik minat dan mempunyai ikatan pada tujuan
tetentu, menimbang sifat-sifat pribadi sesuai dengan kondisi pelaku usaha.
Rangkaian pertanyaan berikut memberikan petunjuk tentang kemampuan pelaku
usaha.
Tabel 2.2
Kemampuan Wirausaha
PERTANYAAN
|
YA
|
TIDAK
|
Pekerjaan diri pelaku bisnis menghendaki percaya pada diri sendiri.
|
|
|
Pelaku bisnis mempunyai motivasi diri untuk mencapai tujuan.
|
|
|
Pelaku bisnis dapat bekerja dengan orang lain.
|
|
|
Pelaku bisnis mengambila peran kepemimpinan dalam suatu kelompok
|
|
|
Pelaku bisnis memanfaatkan kesempatan untuk meluaskan pengetahuan dengan
mengikuti kursus maupun pendidikan
|
|
|
Pelaku bisnis dapat berkomunikasi baik dengan orang lain
|
|
|
Pelaku bisnis pendengar yang baik
|
|
|
Prestasi pelaku bisnis menunjukkan ada perkembangan secara personal dan
profesional
|
|
|
Pelaku bisnis memiliki citra diri yang positip
|
|
|
Tujuan yang ingin di capai merupakan tantangan
|
|
|
Pelaku bisnis mampu membuat keputusan dengan mudah
|
|
|
E. Sikap Karir
Pelaku
bisnis mempunyai kemampuan tertentu yang
dapat diterapkan pada sejumlah karir. Faktor-faktor berikut membantu pelaku
usaha dalam mengembangkan sikap kewirausahaan pada karir.
1. Pilih
karir yang memberikan pada pelaku usaha untuk mewujudkan diri secara kreatif
dan memungkinkan pertumbuhan pribadi maupun profesi, tidak menganggap remeh
kemampuan dan bakat diri sendiri.
2. Apabila
memulai karir, tindakan pelaku bisnis sebaiknya mencontoh usahawan yang
berhasil dalam bidang sejenis. Sekali mengerti teknik dalam mencapai sukses,
gunakan untuk mengembangkan karir diri sendiri. Tidak dibenarkan meniru secara
gelap, pusatkan perhatian pada aspek khusus dari pelaku usaha yang berhasil.
Kembangkan sifat positif melalui
kegiatan sehari-hari.
3. Diperlukan
pengetahuan sebanyak mungkin tentang karir yang telah dipilih. Pengetahuan tersebut sangat membantu menjadi ahli dalam
jenis pekerjaan tersebut.
4. Tingkatkan
kemampuan diri secara terus-menerus, puas dengan prestasi masa lampau, pandang
kedepan untuk menciptakan tujuan baru sebagai sumber perbaikan diri.
5. Semua
selalu berubah, berarti pelaku usaha mampu melakukan berubah. Terima perubahan
dan gunakan untuk memotivasi diri dalam mencapai tujuan atau sasaran yang lebih
tinggi.
6. Berorientasi
pada tindakan, mampu mengambil keuntungan dari peluang-peluang karir baru yang
mengantar pada sukses masa depan.
7. Memiliki
kekuatan dan kelemahan diri, dari pada menghabiskan waktu untuk menghilangkan
kelemahan, lebih baik bersandar dan gunakan
kekuatan untuk mengatasi kelemahan. Terima kelemahan dan cari sumber
daya lain untuk menyeimbangkan kekurangan.
8. Susun
kegiatan menjadi rutin agar mempunyai
banyak waktu untuk berwirausaha, gunakan sedikit tenaga, untuk kegiatan
non-rutin menghendaki lebih banyak waktu dan tenaga. Keteraturan dan kerutinan
dalam kehidupan sehari-hari, membuat pelaku bisnis mempunyai banyak waktu dan
tenaga untuk kegiatan yang kreatif.
9. Terimalah
tanggung jawab secara pribadi untuk mensukseskan sesuatu kegiatan dari suatu
keadaan
10. Mampu
menggabungkan sifat pribadi dari individu yang bekerja untuk diri sendiri dalam
upaya mencapai hasil maksimum. Keberhasilan akan ditentukan oleh prestasi para
karyawan.
11. Mempunyai
keyakinan pada diri sendiri maupun karyawan, yakin akan kemampuan staf dan
hasil yang dicapai.
12. Penampilan
diri mempengaruhi citra diri sendiri, apabila tampil baik akan merasa baik
juga. Penampilan menentukan positif atau negatif reaksi orang lain dari diri
sendiri, pastikan berpenampilan yang menarik.
13. Mengampil
kepuasan merupakan suatu ciri utama dari pelaku usaha yang berhasil. Keputusan
diambil dengan informasi dan fakta yang terbatas, jika situasi menghendaki agar
mengambil keputusan, buat keputusan dan awasi keputusan untuk diterapkan.
14. Jalani
hidup pada masa sekarang dan jangan boros waktu dengan menyesali kegagalan di
masa lalu. Pandang kedepan untuk memberikan pengalaman yang menguntungkan dan
memuaskan.
F. Sikap Mental
Pelaku
usaha memiliki pandangan hidup sehat, merupakan individu-individu yang telah
mengembangkan cara menilai pengalaman-pengalaman secara sehat.
Saran berikut merupakan pengembangan sikap mental
yang baik.
1.
Pelaku bisnis merupakan orang yang
mengetahui bagaimana menemukan kepuasan dalam pekerjaan dan bangga akan
prestasi. Tunjukan sikap yang positif terhadap pekerjaan, karena sikap ini
menentukan keberhasilan.
2.
Otak merupakan alat yang berdaya luar
biasa, menyediakan waktu beberapa saat setiap hari untuk memikirkan suatu
kemungkinan terarah pada kegiatan-kegiatan yang berarti.
3.
Sebagai manusia membatasi pikiran pada
problem dan kegiatan-kegiatan sehari-hari. Gunakan Imajinasi untuk meluaskan
pikiran dan coba berfikir yang
besar-besar. Pelaku usaha yang dapat melihat image besar adalah bersifat
wirausaha dan merupakan calon pemimpin bisnis maupun masyarakat.
4.
Humor ikut mengembangkan sikap mental
yang sehat, selalu serius dapat merugikan pekerjaan dan tidak sehat.
menunjukkan rasa humor berpengaruh pada orang lain dengan jalan menyebarkan
optimismedan suasan yang santai.
5.
pikiran harus terorganisasi dengan baik
dan amampu memusatkan pada berbagai permasalahan. Mampu memindahkan perhatian
dari satu permasalahan ke permasalahan lain dengan upaya yang minim.
G.
Perilaku
Positif
Perilaku individu pada dasarnya
membiarkan keadaan luar mengendalikan sikap, perilaku usaha menggunakan sikap
untuk mengendalikan keadaan. Sikap positif memudahkan untuk memfokus pada
kegiatan, kejadian dan atas hasil yang diinginkan. Pengalaman negatif mempunyai
segi yang positif. Bersikap secara positif terhadap semua peristiwa dan mencari
hikmah dari pengalaman.
Sikap positif dapat dikembangkan dalam
jangka waktu lama. Faktor-faktor berikut berguna bagi pelaku usaha dalam
mengembangkan sikap positif.
1. Pusatkan
perhatian dan gunakan pikiran secara produktif.
2. Pilih
sasaran positif dalam bekerja.
3. Bergaul
dengan orang yang berpikir dan bertindak secara wirausaha. Cara berpikir dan
ciri-ciri dari orang di sekitar berimbas pada diri sendiri.
4. Jauhi
pikiran dan ide negatif.
5. Diri
sendiri yang mengendalikan pikiran dan gunakan pikiran secara produktif.
6. Selalu
awas terhadap peluang-peluang untuk meningkatkan situasi, baik dalam kehidupan
pribadi, kehidupan kerja maupun kehidupan masyarakat.
7. Tinggalkan
suatu ide jika tidak menghasilkan yang benar, lebih baik mengubah arah dari
pada mengejar ide yang tidak akan berhasil secara memuaskan.
8. Lingkungan
mempengaruhi prestasi, apabila lingkungan tidak memenuhi kebutuhan diri
wirausaha, ubah lingkungan atau pindah ke lingkungan lain yang lebih positif
dan memungkinkan tercapai sasaran yang diinginkan.
9. Percaya
diri sendiri dan bakat, sukses datang bagi yang percaya pada kemampuan diri
sendiri dan menggunakan kemampuan sepenuhnya.
10. Hilangkan
beban mental dengan mengambil tindakan. Pusatkan pikiran pada problem tertentu.
Sekali mencapai keputusan, ambil tindakan untuk memecahkan persoalan. Usahakan
konflik mental diselesaikan secepat mungkin.
Penelitian mutakhir menunjukan bahwa
ciri pokok dari wirausaha berhasil adalah kemampuan untuk mengambil keputusan
dalam suasana stress. Mengelola dalam
situasi stress yang terus menerus
menghendaki keadaan fisik dan mental baik. Paling utama dalam menangani stress meliputi : perhatikan dalam makan
dan minum, tidur dan istirahat yang cukup, tidak merokok, memisahkan yang
penting dari yang “mendesak” dan dari yang “lain-lain” dimana harus dibuat dan
mengutamakan menangani hal-hal yang penting dengan mengambil tindakan tidak
berhenti pada rasa cemas. Siapkan rencana darurat untuk menangani apabila
terjadi paling buruk, lebih baik, atau paling memungkinkan terjadi. Menghadapi stress, yang perlu diingat adalah
menyediakan cukup waktu dan berusaha untuk bekerja sesuai dengan rencana.
H.
Kebiasaan
dan Sikap
Perbuatan baik sulit diperoleh, tetapi
sekali telah diperoleh merupakan harta yang paling utama. Eksekutif puncak
telah menjadikan kebiasaan mulai bekerja pagi-pagi. Bangun dua atau tiga jam
lebih dini dari orang biasa merupakan sebuah cara untuk menjadi lebih
produktif, ini menghendaki usaha besar, dan tidak menyenangkan. Apabila pelaku
usaha dapat membentuk kebiaan selama satu bulam setiap hari, akan menjadi
kebiasaan. Menggunakan waktu dini secara produktif, membantu jika pada malam
sebelumnya telah memutuskan bagaimana menggunakannya. Kondisi semacam ini akan
membawa kebiasaan baik lainnya, merencanakan kegiatan penting hari berikut
sebelum pergi tidur setiap malam.
Setelah satu bulan ingin mempertahankan
kebiasaan yang baru di peroleh, kemungkinan besar bahwa kebiasaan itu yang baik
dan memegang peranan penting dalam prestasi masa depan. Seandainya mengetahui
bahwa diri sendiri yang bertanggung jawab atas tindakan-tindakan, seharusnya
bersedia meninjau kembali kebiasaan-kebiasaan dalam hubungan dengan
tujuan-tujuan masa depan. Kebiasaan baru perlu menggantikan kebiasaan lama agar
ikut menunjang keberhasilan masa depan.
2.3 Risiko Usaha
A.
Pendahuluan
Wirausaha menyukai risiko realistik
karena ingin berhasil : mendapatkan kepuasan besar dalam melaksanakan tugas
yang sukar tetapi realistik dengan menerapkan keterampilan-keterampilan yang
dimiliki, sehingga risiko kecil dan tinggi dihindari karena sumber kepuasan
tidak terdapat pada situasi itu. Berarti wirausaha menyukai tantangan yang
sukar ytetapi dapat dicapai.
Semakin bertambah besarnya perusahaan,
maka bertambah banyak persoalan yanga akan dihadapi. Pertumbuhan dan
perkembangan perusahaan menghendaki bahwa pelaku usaha tidak takut mengambil
keputusan dan bersedia menerima risiko tertentu. Sebagian pengusaha merasa
takut mengambil risiko karena ingin aman dan mengelak kegagalan, tetapi semua
tahap pekerjaan mengandung risiko, dimana merupakan bagian dari kegiatan pelaku
usaha. Wirausaha bekerja di bawah tekanan dan kondisi pengambilan risiko dan
harus mengerti bahwa kemungkinan gagal selalu ada.
B.
Kondisi
Berisiko
Kondisi berisiko terjadi apabila pelaku
usaha supaya membuat pilihan dari dua alternatif atau lebih, yang mengakibatkan
hasilnya tidak diketahui dan harus dinilai secara objektif. Kondisi semacam ini
mengandung potensi kegagalan dan keberhasilan. Semakin besar kemungkinan rugi
semakin besar risiko yang dihadapi. Sebagai penentu keputusan risiko pelaku
usaha harus mengambil keputusan dalam situasi penuh ketidakpastian, dengan
menimbang kemungkinan sukses atau rugi. Pelaku usaha dapat memilih alternatif
yang “mengandung risiko” atau alternatif “konservatif”, tergantung dari:
1.
Kemampuan daya tarik setiap alternatif
2.
Kesedian menerima kerugian
3.
Kemampuan menerima keberhasilan dan
kegagalan
4.
Kemampuan meningkatkan keberhasilan dan
mengurangi kerugian.
Ciri-ciri
wirausaha saling berkaitan, terutama pada perilaku pengambilan risiko, beberapa
kaitan itu antara lain:
1.
Pengambilan risiko berkaitan dengan
kreativitas dan inovasi serta merupakan bagian penting dalam mengubah ide
menjadi realitas.
2.
Pengambilan risiko berkaitan dengan
kepercayaan pada diri sendiri. Semakin besar keyakinan pada kemampuan diri
sendiri, semakin besar keyakinan akan kesanggupan untuk mempengaruhi hasil dari
keputusan-keputusan, dan semakin besar kesediaan untuk mencoba apa yang dilihat
orang lain sebagai risiko.
3.
Pengetahuan realistik mengenai
kemampuan-kemampuan diri sendiri, realisme demikian membatasi kegiatan-kegiatan
pada situasi yang dapat pengaruhi hasil.
C.
Keputusan
Risiko
Pengambilan keputusan risiko merupakan
masalah yang paling utama dalam merealisasikan potensi pada diri sendiri sebagai wirausaha. Pengalaman
pengambilan risiko dalam hubungnan pribadi dengan anak, istri dan tetangga akan
membantu mempeoleh pengalaman untuk menilai kemungkinan-kemungkinan pengambilan
risiko seperlunya dan mengelakkan risiko yang kecil.
Pengambilan risiko dalam kehidupan
melibatkan suatu kesadaran akan peristiwa-peristiwa masa lalu, perhatian untuk
msa depan, dan keinginan untuk hidup di masa sekarang. Apabila tidak bersedia
mengambil risiko, maka tidak akan pernah dapat mewujudakan bakat dan kemampuan.
Pertumbuhan pribadi dan profesional datang dari hidup di masa sekarang dan
mengambil risiko yang perlu untuk mencapai tujuan-tujuan di masa yang akan
datang.
Selaku pelaku usaha, harus sadar bahwa
pertumbuhan datang dari pengambilan keuntungan peluang-peluang masa sekarang
dalam kehidupan pribadi maupun bisnis dan pengambilan risiko untuk mencapai
tujuan. Beberapa risiko penting adalah yang membawa belajar mengenai sesuatu
yang baru tentang diri sendiri. Situasi-situasi yang mengandung risiko pribadi
harus menantang kemampuan, jangan meremehkan nilai diri sendiri, karena
dimungkinkan mampu mencapai lebih banyak dari yang di capai sekarang.
Pengambilan risiko merupakan bagian penting dalam pertumbuhan pribadi, dan
berguna dalam menjalankan kegiatan bisnis.
Menanggung risiko pribadi atas tindakan
diri sendiri mengurangi ketergantungan pada orang lain. Wirausaha merupakan
orang yang bertanggung jawab, karena mempunyai kekuatan dan kemampuan untuk
menentukan masa depan diri sendiri. Apabila orang lain menanggung risiko atas
tindakan pribadi pelaku usaha, maka berarti peranan pribadi selaku pelaku usaha
atas masa depan diri sendiri sangat lemah. Pribadi pelaku usaha tidak dapat
hidup secara penuh karena tidak menanggung risiko atas perbuatan diri sendiri.
Sesuatu yang salah dalam kehidupan diri sendiri, maka ini saat yang tepat untuk
menanggung risiko demi perbaikan, jika tidak maka situasi akan semakin buruk,
dan pemasalahan semakin sukar
dipecahkan.
Risiko timbul saat seseorang menerima
tanggungjawab atas keputusan dan tindakan yang dilakukan, dan atas
keputusan-keputusan iyulah maka bertanggungjawab mengatasi dengan keyakinan
yang lebih besar untuk mengurangi risiko. Sulit memisahkan antara tujuan
pribadi dengan tujuan bisnis karena perusahaan merupakan bagian dari hidup,
jangan mengaambil risiko yang lebih besar dari yang dapat di tanggung, hal ini
merupakan peringatan karena terdapat godaan untuk mempertaruhkan semua demi
suatu gagasan.
Sebagai wirausaha jangan mengambil
risiko yang tidak diperlukan, usahakan dapat menguasai emosi dan mengambil
risiko jika keuntungan sama atau lebih besar dari risiko yang terkandung.
Kegiatan utama adalah memutuskan apakah tujuan itu cukup penting untuk dapat
membenarkan risiko atau tidak. Kondisi tertentu wirausaha menggunakan intuisi
dan menilai tindakan mana saja yang mengandung risiko. Intuisi akan menentukan
sejauh mana risiko dan hasil yang diperoleh. Faktor-faktor yang dapat terwujud
namun penting adalah bakat, kemampuan, dan pengalaman diri sendiri.
D.
Kembangkan
Ide
Risiko dan kreativitas merupakan dua
ciri penting wirausaha, berusaha lebih kreatif, menjadi lebih sadar akan ide
yang produktif. Apabila dapat memilih dari sejumlah ide-ide yang baik, maka
lebih siap mengambil risiko yang perlu untuk melaksanakan ide-ide paling
produktif.
Semua orang kreatif, jika telah mengembangkan suatu ide yang kreatif, maka risiko
tertentu akan menyertai pelaksanaan, dalam mengurangi risiko ditolaknya suatu
ide, saran, berikut dapat membantu mengatasi:
1.
Utarakan ide kepada istri atau teman,
lebih baik membicarakan suatu ide sebelum ditulis. Menerangkan suatu ide akan
mengantar kepada suatu diskusi, akan menghasilkan suatu perbaikan. Setelah ide
menjadi pasti baru ditulis. Masih terdapat kemungkinan terjadi perubahan
sebelum mencapai bentuk akhir.
2.
Pilih tempat dan waktu untuk
mengemukakan ide kepada orang lain, jangan mengusulkkan ide kepada perusahaan
sewaktu megalami krisis. Organisasi berada dalam keadaan stabil, sebelum ide
diperkenalkan. Ketepatan waktu sangat penting dalam mengemukakan suatu ide.
Pilih waktu ketika orang lain paling terbuka terhadap sesuatu yang baru.
3.
Kemukakan ide sedikit demi sedikit,
pertama ajukan konsep total, seiring berjalannya waktu, dan semakin tertariknya
orang pada ide, baru rinciannya dikemukakan.
E.
Tipe Pengambil Risiko
Pengambilan keputusan
atau risiko sedikit banyak dipengaruhi oleh orang lain, pengalaman lalu,
situasi sekarang dan pengharapan-pengharapan masa depan, dalam bisnis
dibutuhkan berbagai tipe pengambil risiko. Organisasi tingkat bawah dibutuhkan
pekerja yang terampil dalam melaksanakan pekerjaan rutin, sehingga sedikit
risiko. Sebagian besar pekerja masuk ke dalam pengambil risiko tipe ini, karena
perilaku dapat diramalkan dan membawa kestabilan organisasi.
Tingkat manajemen
menengah, terdapat kemungkinan lebih banyak untuk pengambilan risiko. Manajer
tingkat menengah lebih banyak mendapat kebebasan untuk inovasi dan membuat
perubahan kecil dalam prosedur dan fungsi-fungsi. Posisi ini dapat dianggap
sebagai pengambil risiko, tetapi dampak atas keseluruhan organisasi harus
minim. Pelaku usaha yang berada pada tingkat teratas, mempunyai kemampuan untuk
merumuskan dan menerapkan ide-ide kreatif. Mengantisipasi keberhasilan dalam
bisnis, wirausaha diharapkan mengambil risiko dalam mewujudkan ide-ide menjadi
kenyataan.
Wirausaha dapat
dikatakan “praktis”, apabila organisasi tumbuh berdasarkan pengendalian dan
pengarahan dari diri wirausaha sendiri. Wirausaha praktis berorientasi pada
hasil dan mempunyai keyakinan akan ide-ide sehingga mampu menerima risiko demi
terlaksananya ide tersebut. Sebaliknya, pelaku usaha merasa lebih praktis dalam
menyadari keterbatasan diri dan membatasi kegiatan sampai pada aktivitas yang
mampu dilaksanakan.
Pelaku usaha yang
kreatif dan inovatif akan mengambil risiko yang sedang, bersedia menerima
perubahan, mencoba alternative lain dan mengembangkan inovasi untuk barang dan
jasa dalam bidang bisnis baru. Pelaku usaha semacam ini menjadi tokoh dalam
dunia bisnis, mempunyai ide dan mampu menemukan kombinasi antara orang dan
sumber daya lain untuk mewujudkan ide.
F.
Delegasikan Wewenang
Sebagai pelaku usaha,
posisi pemimpin mempunyai arti dalam mengarahkan kegiatan-kegiatan orang lain
dalam mencapai tujuan perusahaan, tetapi sebaliknya sebagai individu mempunyai
kemampuan yang terbatas, oleh karena itu membutuhkan orang lain untuk mencapai
tujuan organisasi pada posisi yang lebih tinggi. Pemimpin organisasi diharapkan
bersedia memberikan wewenang dan tanggungjawab kepada staf untuk kegiatan-kegiatan
tertentu.
Mendelegasikan wewenang
dan tanggungjawab kepada orang lain mengandung risiko tertentu. Terdapat
akibat-akibat negatif maupun positif berarti pemimpin harus menanggung
akibatnya. Pelaku usaha merupakan wirausaha yang berorientasi pada pertumbuhan
harus mempunyai staf yang berorientasikna tindakan dan mampu menerima wewenang
serta tanggungjawab.
Keuntungan maksimum
agar dapat diperoleh, karyawan diberi wewenang dan kebebasan untuk melaksanakan
tugas dari tanggungjawab. Pelaku usaha membutuhkan pertolongan orang lain,
tetapi seorang pemimpin tidak mempunyai waktu untuk memonitor kegiatan secara
langsung, kepercayaan pada staf ditunjukkan oleh jawaban terhadap
pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada penilaian usaha, setiap jawaban memberi
petunjuk mengenai kesediaan mengambil risiko dalam mendelegasikan wewenang dan
tanggungjawab kepada orang lain dalam organisasi. Pelaku usaha yang dapat
mendelegasikan kegiatan kepada orang lain, mempunyai waktu untuk kegiatan yang
lebih penting seperti perencanaan jangka panjang atau pengembangan
produk-produk baru.
G.
Melaksanakan Perubahan
Setiap melakukan
kegiatan harus dapat menentukan apakah ada risiko atau tidak, suatu risiko,
kekuatan, posisi dan kewenangan akan mendapat tantangan. Jika diketahui
terdapat risiko dalam bisnis, maka dibutuhkan kemampuan untuk menilai situasi
secara realistik dan mencari pemecahan. Berani mengambil tindakan korektif yang
diperlukan, walaupun mengandung risiko tertentu.
Suatu risiko jelas ada,
maka diperlukan pengambilan keputusan atau justru tidak penting, apabila
memutuskan mengambil risiko, maka segera melaksanakan suatu rencana pasti dan
mulai mengambil tindakan. Rencana-rencana alternatif juga dirancang karena
apabila rencana utama tidak berhasil, maka alternatif memungkinkan eksibilitas
bila permasalahan berubah.
Suatu rencana sudah
dicanangkan kemudian dilaksanakan, sehingga jika rencana dilaksanakan maka
dapat mengetahui risiko yang terkandung. Umpan balik yang diterima tidak
banyak, kekurangan umpan balik menciptakan keragu-raguan, setelah keputusan
dilaksanakan, mempunyai ikatan penuh dengan keputusan sampai dengan masalah
terpecahkan. Keyakinan dalam menangani persoalan sangat menentukan, jika yakin
serangkaian tindakan akan memecahkan persoalan, maka tindakan tersebut
menentukan hasil. Mempromosikan keputusan dan memperoleh dukungan orang lain
mempengaruhi suksesnya keputusan.
Kemampuan
mengambil risiko pelaku usaha dipengaruhi oleh:
1.
Keyakinan diri,
2.
Kesediaan untuk
menggunakan kemampuan sepenuhnya untuk mengubah keadaan,
3.
Kemampuan
menilai situasi risiko secara realistis dan mengubah kesempatan kemungkinan,
4.
Menghadapi
situasi risiko menurut tujuan-tujuan yang telah ditentukan.
Tindakan mengambil
risiko merupakan bagian hakiki dari pelaku usaha, oleh karena itu perlu
menetapkan sasaran yang tinggi untuk diri sendiri, kemudian menggunakan semua
kemampuan dan bakat untuk mencapau tujuan-tujuan tersebut, semakin tinggi
tujuan, semakin besar risiko yang akan dihadapi.
H.
Evaluasi Risiko
Keberadaan data kuantitatif
sangat membantu dalam melakukan evaluasi setiap risiko, menetapkan
tujuan-tujuan dan dimungkinkan menggeneralisasikan kemajuan secara sistematis.
Melalui data kuantitatif, mampu mengukur hasil-hasil yang dicapai dalam
hubungan dengan ide-ide yang telah digariskan. Pelaku usaha diharapkan
mengetahui dengan cermat dan makna dari angka-angka tersebut. Data kuantitatif
mendukung pengetahuan, latar belakang dan pengalaman dalam mengambil keputusan.
Lakukan evaluasi kebutuhan sendiri sebelum memutuskan untuk mengambil risiko.
Sebelum mengambil keputusan yang mengandung risiko perhatikan pertanyaan
berikut ini:
1.
Apakah risiko
sepadan dengan hasil?
2.
Bagaimana risiko
dapat dikurangi atau dihindari?
3.
Informasi apa
yang diperlukan sebelum risiko diambil?
4.
Sumber-sumber
daya mana yang dapat membantu mengurangi risiko dan mencapai tujuan?
5.
Mengapa risiko
ini penting?
6.
Apa yang
menakutkan dalam mengambil risiko?
7.
Apa pelaku usaha
bersedia berusaha sekuat tenaga untuk mencapai tujuan?
8.
Apa yang dapat
dicapai dengan mengambil risiko?
9.
Persiapan-persiapan
apa yang perlu dibuat sebelum mengambil risiko?
10. Bagaimana dapat mengetahui secara kuantitatif bahwa
tujuan telah tercapai?
11. Apa halangan-halangan terbesar dalam mencapai
tujuan?
Proses pemeriksaan diri
penting dalam mengambil risiko. Daftar pertanyaan hanya contoh dari serangkaian
pertanyaan yang harus dijawab sebelum menanggung risiko. Mengambil risiko
sebelum mengajukan pertanyaan-pertanyaan ini, dapat mengakibatkan kegagalan.
I.
Pengambilan Risiko
Perilaku mengambil risiko
kewirausahaan semakin diakui sebagai sesuatu yang penting bagi manajemen
tingkat puncak. Terdapat beberapa perusahaan memiliki keinginan untuk maju
memilih laki-laki atau wanita wirausaha yang berani mengambil risiko dan
berinovasi, daripada manajemen yang bersifat meneruskan dari perusahaan yang
sudah ada.
Pengambilan risiko
merupakan gaya perilaku, dengan penuh perhitungan, merupakan suatu keterampilan
yang dapat ditingkatkan. Prosedur untuk menganalisis sebuah risiko:
1.
Taksiran Risiko
Pertama menaksir ada tidaknya risiko, yaitu apa
terdapat potensi rugi dalam memilih sebuah alternative. Missal, dihadapkan pada
kebutuhan peningkatan produksi untuk memenuhi tambahan permintaan. Pilihannya
adalah sebagai berikut:
a.
Tetap pada
tingkat permintaan sekarang,
b.
Membeli
peralatan lebih banyak untuk memenuhi permintaan,
c.
Menyewa
peralatan untuk memenuhi permintaan,
d.
Mensubkontrakkan
kepada produsen-produsen yang lebih kecil.
Apabila mempunyai arus
kas yang baik, cadangan kas kuatm atau kemudahan kredit baik, dan jika
permintaan dapat dipastikan meningkat pada waktu yang akan datang, maka disini
terdapat sedikit risiko dalam memutuskan salah satu satu dari
alternatif-alternatif, meskipun alternatif pertama merupakan pilihan yang tidak
bijaksana untuk diambil karena mengabaikan peluang peningkatan laba.
Keadaan lain,
peningkatan permintaan tidak dapat dipastikan. Misalkan saja produk atau jasa
bisa menjadi using karena inovasi-inovasi dari pihak pesaing, atau lebih banyak
perusahaan yang masuk dalam bidang yang sama, atau pasar sedang mendekati titik
jenuh. Lebih jauh lagi, bisnis tidak mampu menginvestasi jumlah yang
dikehendaki karena tidak ada kepastian apakah modal akan kembali. Kondisi ini,
terdapat berbagai derajat risiko, dan berkaitan dengan berbagai tingkat laba potensial
(sukses) untuk berbagai alternatif.
2.
Tujuan dan
Sasaran
Langkah berikutnya
adalah mempertimbangkan kebijakan-kebijakan dan sasaran-sasaran perusahaan.
Sasaran sebuah perusahaan dirumuskan: mencapai pertumbuhan secara perlahan,
mantap, atau tidak tumbuh atau pertumbuhan dalam bidang produk lain. Pelaku
usaha berani memutuskan apakah risiko yang muncul itu taat azas dengan tujuan
dan sasaran perusahaan. Apabila saat azas, proses pengambilan keputusan
diteruskan dan lakukan penaksiran alternatif secara rinci.
3.
Teliti
Alternatif
Contoh: pengambilan risiko tertentu (keputusan untuk
meluaskan produksi) konsisten dengan sasaran-sasaran perusahaan, maka langkah
selanjutnya mengadakan survey berbagai alternatif. Alternatif-alternatif
ditentukan secara rinci sehingga semua biaya dapat ditelaah dengan obyektif.
Sebagian besar biaya merupakan biaya finansial. Tetapi jika ditinjau
memungkinkan sebaiknya memperhitungkan “biaya pribadi”, sosial dan fisik.
Misal: apakah kegagalan akan menjatuhkan prestise sosial? Perlu menentukan
biaya keuangan dan biaya-biaya lain untuk setiap alternatif yang dapat
dijalankan.
4.
Kumpulkan
Alternatif
Tahap selanjutnya
mengumpulkan informasi secara intensif sehingga penaksiran setiap kemungkinan
realistik dapat dibuat secara realistik. Ramalan pasar dibuat untuk setiap
permintaan dalam berbagai kemungkinan kondisi yang dapat terjadi. Reaksi dari
pesaing ditaksir dan akibat dari reaksi diperhitungkan. Berbagai akibat
sebaiknya ditelusuri dengan kesimpulan-kesimpulan logis sebagai berikut:
a.
Apabila
permintaan mendekati titik kejenuhan, apakah modifikasi, produk mendorong
kenaikan permintaan di pasar baru.
b.
Apakah terdapat
pasar-pasar baru jika kegiatan persaingan mengurangi bagian pasar yang
sekarang?
c.
Dapatkah
peralatan mesin dimodifikasi dengan mudah untuk membuat produk-produk lain?
d.
Apakah ada
kemungkinan para pembekal dan subkontraktor menaikkan harga-harga jika
permintaan bertambah?
Laba yang diperoleh
perusahaan untuk setiap alternatif diukur atas dasar informasi pasar,
ramalan-ramalan dari permintaan masa depan, penaksiran reaksi persaingan, dan
berbagai ramalan lain termasuk perilaku dari yang terlibat dalam situasi ini,
seperti perusahaan jasa keuangan atau produsen peralatan.
5.
Minimkan Risiko
Menentukan langkah yang berisikan penaksiran secara
realistik tentang sejauh mana dapat mempengaruhi keadaan, mengandung
unsur-unsur sebagai berikut:
a.
Kesadaran yang
jelas tentang kemampuan dan kekuatan perusahaan,
b.
Kreativitas
dalam menentukan cara mengubah keadaan (demi keuntungan),
c.
Kemampuan merencanakan
taktik dan strategi untuk mewujudkan perubahan,
d.
Dorongan, energi
dan antusias untuk melaksanakan strategi.
6.
Rencanakan dan
Laksanakan Alternatif
Sebuah
alternatif telah dipilih, susunan sebuah rencana untuk pelaksanaan. Rencana
membuat jadwal, rumusan tujuan yang jelas, seperangkat rencana darurat untuk
hasil yang akan terjadi, dan proses umpan balik, sehingga perubahan-perubahan
yang diperlukan dilaksanakan dengan segera.
BAB III
ANALISIS PROPOSAL USAHA
3.1 Profil Usaha
Warung
ayam geprek dan susu yang kami beri nama dengan nama “DW Preksu”, yang artinya
“Duwe Warung ayam geprek dan susu” adalah sebuah warung makan yang bergerak
dibidang jasa boga atau makanan. Maksud dari ayam geprek dan susu ini adalah
makanan yang berupa ayam geprek kemudian di hidangkan dengan minuman dari
olahan susu segar yang menjadi pendamping dari ayam geprek tersebut. Namun,
untuk pelanggan yang tidak menyukai susu masih ada minuman lain yang di
tawarkan. Bukan hanya minuman yang tersedia berbagai macam, namun makanannya
pun bukan hanya ayam geprek tetapi ada yang lainnya dan tersedia banyak cemilan
disini.
Warung
ini merupakan usaha perseorangan yang di dirikan oleh Devi Aprilia yang
memiliki kecintaan terhadap rasa makanan yang pedas. Kemudian muncul ide untuk
membuat sebuah warung makan yang di dalamnya terdapat masakan yang memiliki
rasa pedas.
DW
preksu akan membuka usahanya di sekitaran Jl. Tanjung no. 244 Desa Kramat.
Dengan letak yang strategis karena berada di tengah kota agar mudah di jangkau
dari berbagai penjuru wilayah. Letaknya yang dipinggir jalan raya juga akan
memudahkan para pelanggan yang ingin datang ke DW preksu ini, orang yang lewat
berlalu lalang juga dapat melihatnya kemudian jika tertarik bisa mampir.
3.2 Wirausaha
A.
Pendahuluan
Saya
sebagai pemilik DW Preksu mempunyai empat karakteristik yaitu :
1. Menjalankan
bisnis ayam geprek dan susu dengan sepenuh hati, semangat dan pantang menyerah
agar bisnis ini dapat menghasilkan keuntungan yang diharapkan.
2. Selaku
pemilik DW Preksu harus berani menanggung resiko dan menerima resiko bisnis,
seperti kerugian yang tidak bisa di prediksikan, bertambahnya pesaing atau
penjual ayam geprek.
3. Harus
sepenuh hati menekuni bisnis ayam geprek dan susu ini supaya dapat berkembang
menjadi lebih besar dan memiliki cabang.
4. DW
Preksu akan membuat inovasi kreasi-kreasi masakan terbaru.
B.
Resiko
dan Karakteristik
Ada
beberapa karakteristik dari pengusaha/wirausahawan, yang saya terapkan di diri
saya sebagai pemilik DW Preksu, yaitu :
1. Wirausahawan
adalah pelaku, apabila saya menginginkan sesuatu untuk warung ayam geprek saya
maka segera mungkin akan saya lakukan.
2. Wirausahawan
selalu menjadi penemu/pencipta sesuatu, saya menciptakan suatu produk baru agar
konsumen tidak bosan dengan sajian lama.
3. Kebutuhan
wirausahawan adalah uang dan keberuntungan, saya membuka bisnis ini karena
bertujuan untuk memperoleh uang serta keuntungan yang besar.
4. Wirausahawan
adalah pengambil resiko, sebagai pemilik sebuah rumah makan sangat besar
kemungkinan untuk memperoleh banyak resiko.
C.
Mengatasi
Tekanan
Terdapat
5 persoalan yang perlu dikerjakan agar tekanan teratasi, yaitu :
1. Menciptakan
networking : apabila saya sedang
merasa kesepian saya akan bercerita kepada kerabat atau teman sehingga tercipta
hubungan yang baik.
2. Keluar
dari persoalan secara total : pada saat tidak bekerja atau hari libur, saya
tidak menerima laporan hasil penjualan di warung dan melepaskan semua pekerjaan
sehingga kondisi tubuh saya dapat menciptakan kesegaran.
3. Berkomunikasi
dengan pekerja : saat berada di warung, saya berbaur dengan karyawan lain
mendengarkan keluh kesah mereka menjadi teman mereka agar tidak ada persoalan
yang dihadapi.
4. Menciptakan
kepuasan di luar perusahaan : saya akan melakukan kegiatan di luar perusahaan
untuk mendapatkan kepuasan tersendiri agar bisnis yang saya kerjakan tidak
menjadi persoalan.
5. Pendelegasian
: saya mendelegasikan pekerjaan kepada karyawan saya dan tidak dikerjakan
sendiri seluruhnya.
3.3 Jiwa Wirausaha
A.
Ideologi
Wirausaha
Keberhasilan DW Preksu tergantung pada
kesediaan untuk bertanggung jawab atas pekerjaan karyawan. Seperti
bisnis-bisnis lain, resiko kegagalan di DW Preksu pasti ada, saya sebagai
pemilik mengambil resiko dengan jalan menerima tanggung jawab atas apa yang DW
Preksu kerjakan. Kegagalan tersebut saya jadikan pelajaran untuk meminimumkan
kegagalan kedepannya.
B.
Jati
Diri Wirausaha
Saya sebagai pemilik DW Preksu mempunyai
berbagai kewajiban dan ikatan terhadap diri sendiri dan orang lain termasuk
kedua orang tua, dan karyawan saya. Pengalaman masa lalu membantu memahami
lebih baik situasi yang ada sekarang.
C.
Bisnis
Ditempat Kerja
DW Preksu bersedia dan siap bekerja
dalam keadaan konflik, perubahan, dan keragu-raguan.
D.
Sikap
Karir
Ketika saya memulai karir membuka DW
Preksu ini, saya mencontoh usahawan yang berhasil dalam bidang kuliner.
Kemudian dengan sedikit pengetahuan dan kemampuan sehingga terciptalah DW
Preksu ini. Selalu memiliki keyakinan akan kemampuan dan hasil yang dicapai.
E.
Sikap
Mental
Menjalankan bisnis ini dengan santai,
dengan keyakinan sepenuh hati jangan terlalu dipaksakan. Dengan tidak merasakan
ketegangan saat bekerja, akan mengembangkan sikap mental yang sehat.
F.
Perilaku
Positif
Saya selalu membuang pikiran negatif
yang mengganggu pikiran, agar tidak terbawa suasana saat bekerja di warung.
G.
Kebiasaan
dan Sikap
Selalu berkomitmen dengan jam buka,
tidak merubah-ubah rasa, dengan selalu memberikan pelayanan yang terbaik kepada
para konsumen di DW Preksu agar pelanggan selalu datang lagi.
3.4 Resiko Usaha
A.
Resiko
Dalam
menjalankan sebuah usaha pasti akan ada resiko-resiko yang dihadapi, resiko
yang dihadapi oleh DW Preksu adalah :
1. Harga
bahan baku yang tidak menentu setiap tahunnya,
2. Munculnya
warung-warung ayam geprek baru,
3. Bosannya
pelanggan terhadap olahan ayam,
4. Adanya
pelanggan yang alergi terhadap susu.
B.
Mengatasi
Resiko
Mengatasi
resiko dengan :
1. Menambah
inovasi baru di menu makanan,
2. Tetap
mengutamakan visi dan misi,
3. Selalu
menjaga cita rasa masakan,
4. Bekerja
sama dengan para produsen ayam.
C.
Kembangkan
Ide
Sebagai
pemilik, saya ingin usaha warung ayam geprek dan susu ini dapat terus
melebarkan sayapnya meskipun banyak pesaing-pesaing baru. Bisa dilakukan dengan
cara berinovasi, seperti :
1. Menambahkan
olahan bebek, lele, dan lain-lain agar pelanggan tidak bosan karena tidak ayam
terus menerus yang di sajikan.
2. Menambahkan
berbagai camilan.
3. Mengkreasikan
berbagai jenis minuman dari olahan susu.
BAB
IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Dalam menjalankan sebuah bisnis
usaha, tentu para wirausahawan pasti akan memerhatikan resiko-resiko kedepan.
Apa yang harus dilakukan sudah dipikirkan matang-matang agar tidak terjadi
kesalahan dalam bertindak. Perlu berfikir dan bersikap secara positif agar
setiap kegiatan yang para usahawan lakukan tidak akan merugikan usahanya.
DAFTAR PUSTAKA
Sukirman. 2014. Kewirausahaan. Edisi ke 7. Galaksi Nusindo : Semarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar